Puisi Ay Ka Shiva : Adegan Suatu Pagi

9

Adegan Suatu Pagi

Sudah lama aku
tidak menelusuri jalan raya
setelah subuh
/1/ Kisruh orang yang terburu-buru
mengejar jemputan
/2/ Lampu LED dengan solarcell
belum juga padam
/3/ Pohon tua yang sesekali patah rantingnya
tertimpa embun semalam
Tak ada hujan
tapi kemarin, tiga teman
mengabarkan kedukaan, kehilangan
Pagi ini
Lawson menolak tutup
bersaing dengan warung madura
Penjual buah yang menawarkan Qris
karena tidak punya recehan
Dan nuansa kematian
tak berjarak di minggu akhir
Agustus ini
8/25

Berjumpa Dengan Siang

Mengapa ada kemarau basah?
– pikirku
Sedangkan saat ini tak lagi
kupedulikan fluktuasi harga
sebuah mesin cetak dari berbagai negara
juga pasokan gas dan kurs jisdor
yang tak tentu dari hari ke hari
Aku meluruhkan detik
kedatangan tangan kecil
kulihat sebagai masa depan
yang mungkin tak lagi
ia ingat penebangan
pohon tua raksasa
Kemarau ini,
tampaknya hujan lebih sering berkunjung
dinginnya menyeruak gigil
kelabunya diiringi gemuruh
angin apa yang tiba di musim ini?
Lamunan:
Aku kembali menatap gerbang
seusai azan dan air yang tersisa di daun telinga
tak terhapus dalam sujud keempat
tak peduli nasi dan lauk apa di piring siang ini
Terlihat jemarinya
kusambut dengan lambaian
di kejauhan
8/25

 

Percakapan Sebelum Sore

Apa hubungannya skincare dan rindu?
Kemarin, kamu mau treatment, merapikan muka
yang entah dicari oleh beberapa teman ketika bekerja
Kau memilih membersihkan jerawat, sisa rinduku
yang tak pernah usai dan kamu selalu berlalu
Kerinduan itu dilenyapkan
di masa lain mungkin kamu berusaha mengingat
tapi aku enggan menghitung sisa-sisa kerut wajah
tempat kamu bertanya-tanya
Apa hubungannya skincare dan rindu?
Jika saja aku memiliki klinik kecantikan
wajahmu akan aku salin dalam tabula
di bingkai dekat jendela
mengganti poster-poster buatan AI
Tapi rindu tentu tak peduli
seberapa tebal make-upmu
seberapa lembab merah bibirmu
Yang kuingat
adalah senyum dan tangis yang pernah bertaut
11/25

 

Hari Ini Bukan Esok

Seusai memesan Jcoccino ice,
kau bercerita tentang sebuah dunia
yang ternyata hanya sebatas dot matriks
Dark, math rock, dan notasi anomali
adalah esok yang kuanggap kecuali
karena kau memilih jawaban A
pada pertanyaan yang bukan pilihan ganda
Es mencair, meja tergenang
dan thermal printer mencetak puisi
juga wajahmu
Aku teringat hahihu•: menjengahkan
Hari ini, tentu dengan sejumlah anotasi
Sisa struk, memudar diam-diam
Tapi aku sudah bayar
lalu pulang
11/25

• hahihu atau hah, hihi, huhu – penggambarkan ekspresi terkejut, senang, dan sedih oleh penulis.

 

PROFIL PENULIS

Ay Ka Shiva, nama lain dari Hardia, penulis tinggal di Tangerang.

Soeh studio Jasa Pembuatan Website