Puisi Ay Ka Shiva : Adegan Suatu Pagi

6

Adegan Suatu Pagi

Sudah lama aku

tidak menelusuri jalan raya

setelah subuh

/1/ Kisruh orang yang terburu-buru

mengejar jemputan

/2/ Lampu LED dengan solarcell

belum juga padam

/3/ Pohon tua yang sesekali patah rantingnya

tertimpa embun semalam

Tak ada hujan

tapi kemarin, tiga teman

mengabarkan kedukaan, kehilangan

Pagi ini

Lawson menolak tutup

bersaing dengan warung madura

Penjual buah yang menawarkan Qris

karena tidak punya recehan

Dan nuansa kematian

tak berjarak di minggu akhir

Agustus ini

8/25

 

Berjumpa Dengan Siang

Mengapa ada kemarau basah?

– pikirku

Sedangkan saat ini tak lagi

kupedulikan fluktuasi harga

sebuah mesin cetak dari berbagai negara

juga pasokan gas dan kurs jisdor

yang tak tentu dari hari ke hari

Aku meluruhkan detik

kedatangan tangan kecil

kulihat sebagai masa depan

yang mungkin tak lagi

ia ingat penebangan

pohon tua raksasa

Kemarau ini,

tampaknya hujan lebih sering berkunjung

dinginnya menyeruak gigil

kelabunya diiringi gemuruh

angin apa yang tiba di musim ini?

Lamunan:

Aku kembali menatap gerbang

seusai azan dan air yang tersisa di daun telinga

tak terhapus dalam sujud keempat

tak peduli nasi dan lauk apa di piring siang ini

Terlihat jemarinya

kusambut dengan lambaian

di kejauhan

8/25

 

Percakapan Sebelum Sore

Apa hubungannya skincare dan rindu?

Kemarin, kamu mau treatment, merapikan muka

yang entah dicari oleh beberapa teman ketika bekerja

Kau memilih membersihkan jerawat, sisa rinduku

yang tak pernah usai dan kamu selalu berlalu

Kerinduan itu dilenyapkan

di masa lain mungkin kamu berusaha mengingat

tapi aku enggan menghitung sisa-sisa kerut wajah

tempat kamu bertanya-tanya

Apa hubungannya skincare dan rindu?

Jika saja aku memiliki klinik kecantikan

wajahmu akan aku salin dalam tabula

di bingkai dekat jendela

mengganti poster-poster buatan AI

Tapi rindu tentu tak peduli

seberapa tebal make-upmu

seberapa lembab merah bibirmu

Yang kuingat

adalah senyum dan tangis yang pernah bertaut

11/25

 

Hari Ini Bukan Esok

Seusai memesan Jcoccino ice,

kau bercerita tentang sebuah dunia

yang ternyata hanya sebatas dot matriks

Dark, math rock, dan notasi anomali

adalah esok yang kuanggap kecuali

karena kau memilih jawaban A

pada pertanyaan yang bukan pilihan ganda

Es mencair, meja tergenang

dan thermal printer mencetak puisi

juga wajahmu

Aku teringat hahihu•: menjengahkan

Hari ini, tentu dengan sejumlah anotasi

Sisa struk, memudar diam-diam

Tapi aku sudah bayar

lalu pulang

11/25

• hahihu atau hah, hihi, huhu – penggambarkan ekspresi terkejut, senang, dan sedih oleh penulis.

 

PROFIL PENULIS

Ay Ka Shiva, nama lain dari Hardia, penulis tinggal di Tangerang.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Soeh studio Jasa Pembuatan Website